Ada Megengan, di SDM Dubes, benarkah?

Ada Megengan, di SD Muhammadiyah 12 surabaya, benarkah?

Sahabat Hafidz, yuk kita pelajari Tradisi yang sudah menjadi keharusan dibanyak kalangan masyarakat kita.

Tradisi ini sering dilakukan oleh kebanyakan masyarakat, untuk menyambut bulan penuh berkah yakni Ramadhan tradisi apakah itu? Tradisi megengan, yuk bahas dalam ulasan ini.

Kata ‘Megengan’ diambil dari bahasa Jawa yang berarti menahan. Acara ini digelar untuk mengingatkan masyarakat akan datangnya bulan Ramadhan, bulan di mana seluruh umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa. Dalam menjalankannya, umat Islam diminta untuk menahan segala bentuk perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa.

Para peneliti & budayawan islam menafsirkan bahwa kegiatan itu merupakan budaya jawa yang kemudian diisi dengan nilai-nilai islam, sehingga tersampaikanlah dakwah islam tanpa meninggalkan budaya tersebut.

Biasanya megengan identik dengan beberapa kegiatan, yaitu bagi-bagi makanan dan, berziara kubur. Namun bagaimana pandangan kacamata Islam berkemajuan untuk tradisi ini.

Mengutip dari Ustadzah Ain Nurwindasari, S.Th.I, MIRKH dari Anggota Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) PP Muhammadiyah dan Alumni Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PTUM) beliau menuliskan di PWMU.CO bawah megengan ada beberapa yang praktik yang menyalah aturan konsep islami, dengan Corak setiap daerah berbeda yaitu ada yang melempar makan kue apem keatap dengan kepercayaan kue tersebut dimakan oleh arwah saudara yang telah meninggal.

Selanjutnya ada yang berbagi makanan kepada tetangga, namun beliau memberikan penjelasan jika tidak ada legalitas dari Rasulullah maka itu bukanlah ibadah namun hanya tradisi yang berkembang dimasyarakat.

Tradisi yang bertentangan dengan islamlah yang akan akan menjerumuskan dalam kesyirikan seperti melempar kue apem diatap. Serta berziarah kubur yang tujuannya meminta pertolongan kepada mayit.

Dakwah Belum Usai
Tradisi Megengan menjadi tradisi yang sudah turun menurun, maka ini menjadi dakwah yang harus di selesaikan memang Megengan tidak diajarkan dalam islam namun kita sebagai orang muslim harus selektif memaknai megengan, megengan tidak hanya meluluh bagi-bagi kue apem, ziarah kubur, atau kegiatan lain.

Namun ada urgensi yang menjadi sebuah bagian penting seperti awal katanya yaitu Menahan, menahan segala sesuatu menjelang awal Bulan yang penuh berkah yakni Ramadhan.

Ini merupakan misi dakwah menjelaskan makna megengan yang sebenarnya, sebagai pendidik muhammadiyah harus memahamkan anak-anak terkait arti sebernarnya tentang Megengan. Mulai dari pemahaman bahasa, kegiatan yg tidak sesuai dengan ajaran islam, memahamkan kegiatan yang menjadi tradisi yang tidak menyalahi islam.

Tugas ini menjadi perlu dipaham, kegaiatan yang biasa kita lakukan padahal niat kita bukan megengan namun orang yang melihat kita, kita dianggap berkegiatan megengan, contoh bermaaf-maafan hanya ingin menjalankan contoh dari Rasullulah yang senantiasa memaafkan namun berhubung mau ramadhan masyarakat banyak menganggap megengan.

vreddy rizal

PWMU.CO