Memaknai Api Unggun
Salah satu kegiatan dalam pandu athfal ceria SD Muhammadiyah 12 (SDM dubes) yang berlangsung di bumi perkemahan di Desa Durensewu Pandaan Pasuruan adalah Api Unggun. Kegitan ini berlangsung pada hari Rabu-Jum’at (5-7 Oktober 2022) Di hari kedua, Kamis setelah penjelajahan. Siang yang seharusnya cerah kini mendung menggelayut. Sesaat setelah adzan dhuhur hujan mengguyur tempat kemah. Cukup deras tapi sebentar selebihnya gerimis yang cukup lama sampai menjelang magrib. Sholat magrib dan isya di jamak qoshar. Setelah itu seluruh peserta didik makan malam. Menu makan malam ini adalah rawon dengan tempe goreng. Peserta didik makan dengan lahapnya. Mungkin cuaca seharian hujan jadi mudha lapar disamping itu juga capek karena penjelajahan. Setelah makan malam selesai, peserta didik berkumpul dilapangan guna mengikuti malam inagurasi dan penyalahan api unggun. Peserta didik baris melingkar didepan api unggun Sebelum dinyalakan setiap ketua sarang maju kedepan untuk membacakan Undang-undang Hizbul Wathan satu persatu dengan suara lantang. Setelah itu api unggun dinyalakan bersama-sama yang dipandu oleh pembina Ustadz Roin. Dalam sambutannya Ustadz Roin menyampaikan. Api unggun dinyalakan bukan sebagai sesembahan tetapi ini adalah penerang tempat kita. Selain itu api unggun juga bisa mencegah dari serangan-serangan binatang buas di sekitar tempat kemah kita. Itu dulu sekarang kita berkemah ditempat yang aman dan nyaman. Sangat jauh dari binatang buas. Ujarnya Tidak ada hubungannya api unggun dengan hal-hal yang berhubungan dengan aqidah dan kepercayaan. Api unggun bisa dimanfaatkan sebagai sarana menghangatkan tubuh. Apalagi seharian ini tempat kita diguyur hujan. Sekarang saatnya kita menghangatkan badan dengan api unggun. Selamat bergembira ria anak-anakku, selalu bersyukur bagaimanapun keadaan dan situasi kita. Dengan bersyukur kita bahagia jangan menunggu bahagia baru bersyukur. Tambah ustadz Roin yang juga Komandan Kokam Bubutan Kota Surabaya. Dzanur Roin